![]() |
Tunku Ismail menggelar konferensi pers terkait sanksi dari
FIFA terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia
Kuala Lumpur – Di tengah sanksi berat yang dijatuhkan FIFA, Timnas Malaysia justru mengambil langkah mengejutkan. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) berencana menambah hingga 27 pemain naturalisasi baru, sebuah keputusan yang memicu perdebatan di tengah krisis kepercayaan terhadap sepak bola negeri jiran.
Rencana tersebut diungkapkan oleh Tunku Ismail, pemilik klub Johor Darul Ta’zim (JDT) sekaligus mantan Presiden FAM. Ia menyebut, puluhan nama sudah diusulkan untuk menjadi warga negara Malaysia, meski tidak merinci siapa saja pemain yang masuk dalam daftar tersebut. “Ada sekitar 27 pemain yang diusulkan untuk dinaturalisasi, meski baru beberapa yang disetujui oleh Departemen Registrasi Nasional (NRD),” ujar Tunku Ismail.
Langkah ini dinilai kontroversial lantaran Malaysia baru saja dijatuhi sanksi oleh FIFA pada 6 Oktober lalu. Federasi dunia itu menilai FAM bersalah atas pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dokumen pemain naturalisasi. Akibatnya, FAM didenda 350.000 franc Swiss (sekitar Rp7,3 miliar), sementara tujuh pemain yang terlibat masing-masing dikenai denda dan larangan bermain selama setahun.
Meski tengah menjalani hukuman, Tunku Ismail menegaskan bahwa Malaysia tidak akan menghentikan kebijakan naturalisasi. “Jika ada pemain kelahiran luar negeri yang bisa meningkatkan performa tim nasional, kami akan tetap memanfaatkannya,” katanya menegaskan. Ia menilai strategi tersebut tetap penting untuk menjaga daya saing Malaysia di level internasional.
Namun, langkah itu dinilai sejumlah pengamat sebagai pertaruhan besar. Malaysia kini menghadapi risiko tambahan: larangan tampil di ajang internasional bila banding mereka terhadap sanksi FIFA ditolak. FIFA dijadwalkan memberikan keputusan lanjutan terkait banding FAM pada akhir bulan ini.
Di sisi lain, dinamika di tubuh FAM semakin kompleks setelah Presiden Joehari Ayub mundur dari jabatannya. Saat ini, posisi pucuk pimpinan federasi sementara dipegang oleh Yusoff Mahadi, yang juga tengah memimpin proses banding ke FIFA.
Sementara itu, Tunku Ismail menutup kemungkinan untuk kembali memimpin FAM. “Saya tidak tertarik kembali. Ada banyak orang lain yang lebih punya waktu dan kemampuan untuk mengelola sepak bola Malaysia,” ujarnya. Pernyataan itu menandai bahwa di tengah badai sanksi dan kontroversi naturalisasi, Malaysia kini menghadapi masa depan sepak bola yang penuh ketidakpastian.**
