Dua Pesawat AS Jatuh di Laut China Selatan, Rentetan Insiden Militer Tekan Reputasi Armada Laut Amerika

Sebarkan:

 

Kapal selam Rusia UFA 490 saat difoto dari pesawat pengintai Filipina di perairan Pulau Mindoro, Laut China Selatan, 28 November 2024/ Sumber foto google

Jakarta, 27 Oktober 2025 – Dua pesawat militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan jatuh di Laut China Selatan pada Minggu (26/10/2025), menambah daftar panjang insiden udara yang melibatkan armada Angkatan Laut Negeri Paman Sam dalam beberapa bulan terakhir. Insiden ini menyoroti meningkatnya tekanan operasional terhadap kapal induk AS di kawasan Indo-Pasifik.

Kedua pesawat tersebut—helikopter MH-60R Sea Hawk dan jet tempur F/A-18F Super Hornet—berasal dari kapal induk USS Nimitz, yang saat ini dalam perjalanan pulang menuju Washington setelah bertugas di Timur Tengah. Menurut keterangan resmi Angkatan Laut AS yang dikutip dari ABC News, lima awak di kedua pesawat berhasil diselamatkan dalam kondisi stabil.

Kecelakaan pertama terjadi sekitar pukul 14.45 waktu setempat ketika helikopter Sea Hawk kehilangan kendali dan jatuh ke laut. Hanya berselang 30 menit, jet Super Hornet juga mengalami insiden serupa saat menjalankan operasi rutin. Kedua peristiwa itu terjadi di wilayah Laut China Selatan, kawasan yang selama ini menjadi titik panas dalam rivalitas militer antara AS dan Tiongkok.

Meski tidak menimbulkan korban jiwa, dua insiden dalam waktu berdekatan memunculkan tanda tanya besar terkait faktor keselamatan dan kesiapan armada udara AS. Angkatan Laut menegaskan bahwa penyelidikan masih berlangsung, termasuk kemungkinan adanya faktor kelelahan peralatan atau kesalahan teknis.

Kapal induk USS Nimitz, yang telah bertugas selama 50 tahun sejak diresmikan pada 1975, tengah menjalani misi terakhirnya sebelum resmi dinonaktifkan. Kapal legendaris ini memiliki sejarah panjang dalam operasi militer besar AS, termasuk Perang Teluk dan Perang Irak. Namun, masa pensiunnya justru diwarnai serangkaian insiden udara yang menodai reputasi keselamatannya.

Bukan hanya Nimitz yang mengalami masalah. Kapal induk lain seperti USS Harry S. Truman juga tercatat menghadapi sejumlah kecelakaan serupa dalam setahun terakhir. Dari penembakan keliru jet tempur oleh kapal sekutu hingga kegagalan pendaratan di Laut Merah, semua peristiwa itu belum mendapatkan hasil investigasi resmi.

Rangkaian kecelakaan ini semakin memperkuat pandangan bahwa armada udara Angkatan Laut AS tengah menghadapi fase kelelahan operasional setelah bertahun-tahun menjadi tulang punggung proyek kekuatan global Washington. Dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan Asia Pasifik, para pengamat menilai AS perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kesiapan teknis dan keselamatan pesawat militernya sebelum mengerahkan kembali kapal induk baru pengganti Nimitz.**

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini